100100 Voting: 999,879,658

Pameran dan Presentasi Seniman Residensi Mada van Gaans & Harmen van de Wal

Mengundang Anda untuk hadir pada:
Pameran dan Presentasi Seniman Residensi (Perancang Busana dan Arsitek)
Mada van Gaans & Harmen van de Wal

Pembukaan Pameran
Kamis, 24 Maret 2011 | 19.30


Diskusi
Selasa, 29 Maret 2011 | 19.30


Pameran Berlangsung
24 – 30 Maret 2011


Mada van Gaans

Mada van Gaans terinspirasi dari kerajinan tradisional Indonesia. Mada meneliti teknik yang berbeda, memakai kayu dan kain yang membawanya pada serangkaian karya eksperimental. Logo Mada van Gaans, burung mahkota, melambangkan keberuntungan, kesehatan, keabadian, kepercayaan dan harapan. Oleh Mada, simbol burung mahkota tersebut diaplikasikan kedalam karyanya menggunakan perak dan rotan. “Saya pikir, penting untuk menstimulasi kerajinan tradisional dan bahwa stimulasi kerajinan tradisional itu akan dipertahankan dalam dunia industrialisasi ini.”

Dalam karyanya Mada van Gaans mengembangkan boneka kayu, terinspirasi dari Wayang Golek, figur kayu untuk menggambar, dan boneka Pandora yang pada tahun 1756 digunakan di Prancis untuk mempertunjukkan mode pakaian terbaru bagi wanita-wanita kaya. Boneka tersebut menggambarkan keindahan yang luar biasa dan gairah pada gaya hidup mewah. Di Rusia, kecantikan boneka menunjukkan selera dan keterampilan pemiliknya. Beberapa boneka juga dianggap dapat mengusir kekuatan jahat.

“Ini adalah tantangan untuk menggunakan teknik tradisional dan bahan yang berbeda dari yang biasanya saya gunakan untuk bekerja serta menerjemahkan semua ini dalam rancangan busana yang eksperimental.”
Mada terpesona dengan mitologi dan simbol-simbol dari Jawa dan Bali, dan dia mengeksplorasi dongeng-dongeng tentang dewa dan setan. “Kita hidup dalam waktu yang berevolusi, dimana terdapat banyak perubahan di dunia. Saya percaya bahwa kekuatan spiritual dan kemurnian penting dalam menciptakan energi positif untuk melawan sisi gelap manusia dan setan di dunia ini.”

Mada menerjemahkan beberapa karakter dalam mitos. Kala Rauh adalah dewa dari segala setan yang merepresentasikan keabadian, yang dapat dibandingkan dengan orang-orang kuat yang menguasai dunia dan mencoba untuk mengendalikan pikiran manusia, bahkan planet serta cuaca. Mada melihat pada pola kuno bunga Ceplok Kawung, yang digunakan pada pakaian dan patung-patung raja-raja dan dewa. Dalam karyanya, Mada juga menggunakan pola pada semen, daun-daun pada pohon kehidupan yang dapat ditemukan pada batik dan bingkai pintu tradisional di Indonesia.

Mada van Gaans (lahir di Sliedrecht, 1975) menempuh studi di Intermediate Technical School for Fashion and Clothing MTS, Utrecht, dan Amsterdam Fashion Institute. Mada menyelesaikan program Master di Fashion Institute Arnhem dan menerima beberapa penghargaan.

Harmen van de Wal

Proto Tamansari

Struktur lanskap yang ada di kawasan agraris Jawa yang dikembangkan oleh masyrakatnya dapat menjadi sebuah model suburbanisasi yang berkelanjutan. Dari keyakinan tersebut, Harmen van de Wal, seorang arsitek dari Belanda, melakukan sebuah penelitian di Bantul. Proto Tamansari, frase yang dapat mereflesikan prototype dan Projo Tamansari, merupakan sebuah proyek yang meneliti penggunaan tata letak pemukiman, yang telah dengan teliti dikembangkan selama berabad-abad untuk memungkinkan transformasi kearah modernitas yang mengakali pertumbuhan perkotaan yang umum dalam hal pengelolaan air dan limbah, mengurangi sindrom pemanasan perkotaan (urban heat island syndrome) dan juga memungkinkan keberlanjutan sosial.
Proyek perkotaan di Indonesia adalah sebuah pengalaman multi-aktor, dimana masterplan hanya mempunyai makna yang terbatas. Hal ini membutuhkan pendekatan baru dalam perencanaan perkotaan. Tidak seperti seorang desainer yang menciptakan dunia keunggulan, para perencana kota perlu untuk menjadi pemain dalam permainan, dimana banyak pihak yang turut ambil bagian. Mereka membutuhkan keterampilan baru yang memungkinkan untuk berimprovisasi, mengantisipasi aturan, dan bereaksi dengan dasar yang kuat. Saat ini, Harmen van de Wal berada dalam situasi yang menarik tersebut dengan mencoba merumuskan seperangkat aturan antisipatif dan ukuran-ukuran yang dapat menciptakan kota berkelanjutan dengan banyak pihak yang bermain.

Salah satu fitur yang menarik dalam urbanisasi baru-baru ini adalah rumah-rumah berdinding. Di tengah-tengah lautan sawah, rumah-rumah mengapung layaknya kapal perang besar, sangat mengabaikan sekelilingnya. Satu-satunya jejak arsitektur ditemukan di sisi yang menghadap jalanan, seperti topeng yang menyembunyikan identitas sebenarnya. Pada kenyataannya, ini menjadi sebuat corak baru dalam arsitektur, Prototipe Yogyakarta.

Proto Tamansari semata-mata menjadi antagonis darinya. Berbeda dengan 'Rumah berdinding', Proto Tamansari memperhatikan sekitarnya. Daripada berlindung di balik dinding batu yang menyerap panas, ia menemukan tempat berlindung di tengah-tengah pepohonan. Ini bukan hanya sebuah persembahan untuk masa depan, namun telah berdiri kokoh di masa lalu. Bukan hanya sebuah kota, tetapi juga lanskap pada saat yang sama. Jika dimainkan dengan baik, keduanya adalah dua sisi dari sebuah koin. Kota tersebut tumbuh, menampilkan urbanitas dalam tentakel-tentakel menyerupai laba-laba di sepanjang jalan utama, menyediakan fungsi sentral untuk lanskap perumahan hijau dan lapang. Jika tidak, koin itu hanya akan mempunyai satu muka, yaitu rumah berdinding, yang tidak peduli pada apapun, tetapi pemisahan.

Dalam workshop tiga hari yang dilaksanakan di kediaman penduduk desa Palbapang, Bantul, 20 mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam masalah modernisasi dengan metode Proto Tamansari. Mereka mengeksplorasi bentuk batasan desa yang baru, menciptakan kreasi makanan ringan menggunakan hasil pekarangan di desa, dan merefleksikan cara urbanisasi yang baru dengan mengubah arah jalanan.

Harmen van de Wal (Lahir di Utrecht, 1966) adalah salah satu pendiri dan saat ini menjadi kepala Krill Architecture and research. Berbasis di Rotterdam, Belanda, Krill Architecture berpusat pada isu lokal maupun internasional. Disamping aktivitasnya di Krill, Harmen van de Wal juga mengajar di beberapa akademi arsitektur di Belanda.

Residensi ini diselenggarakan Rumah Seni Cemeti dan didukung oleh FONDS BKVB (The Netherlands Foundation for Visual Arts, Design and Architecture)









Cemeti Art House / Rumah Seni  Cemeti
Jl. D.I. Panjaitan 41, Yogyakarta  55143
Open:  09.00 - 17.00, Closed on Sunday & Monday
Telp/Fax. +62 (0) 274 371015  
M. +62 812 273 3564
Website: http://www.cemetiarthouse.com/
Email: cemetiah@indosat.net.id
Read More..
"Pameran dan Presentasi Seniman Residensi Mada van Gaans & Harmen van de Wal" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni visual and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/03/pameran-dan-presentasi-seniman.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Wednesday, March 16, 2011, 10:28 PM.

Architects under Big 3 #11 Sakti Soediro

Ketika terikat bekerja penuh waktu sebagai seorang arsitek pada sebuah firma arsitektur justru terasa menghambat proses saya dalam berkreatifitas. Maka berhasil hidup & bekerja sebagai seorang arsitek lepas diBali selama hampir empat tahun merupakan pencapaian & berkah yang luar biasa untuk saya pribadi.

Memulai dari nol. Berbekal pengalaman minimum. Tak kenal apa dan siapa. Menjadi arsitek lepas di Bali ternyata tidaklah semudah & sesederhana yang dibayangkan. Kita dituntut untuk bisa menjadi lebih dari sekedar ’siap’ untuk bisa menjalaninya dengan maksimal.

"Siap untuk mengambil keputusan dengan cepat dan cermat. Siap untuk menjadi teramat sangat beruntung dan teramat sangat tidak beruntung. Siap. Untuk berpikir inside the box, outside the box, at the edge of the box dan berpikir as the box itself " merupakan salah satu kunci bisa bertahan menjalani profesi yang total menyenangkan ini.

Lepas dari banyak sisi menyenangkannya, ini serius, menjalani profesi sebagai arsitek lepas tidak semudah & sesederhana yang terlihat.

Tentang Sakti Soediro:
Menyelesaikan studi arsitekturnya dari Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta pada tahun 2004. Sakti melewati satu tahun pertama setelah kelulusannya dengan bekerja sebagai junior arsitek di TEKSTUR, sebuah studio Arsitektur berkembang dibilangan Jakarta Selatan. Tahun 2006 melalui sebuah kompetisi fotografi, Sakti meraih beasiswa untuk mengikuti pendidikan singkat tentang Photography and Digital Art di Temasek Polytechnic Singapura. Sakti memutuskan untuk memulai hidup di Bali dan bekerja lepas sebagai seorang arsitek sejak tahun 2007. Dengan segala pahit manisnya sampai hari ini Sakti telah berhasil menyelesaikan beberapa proyek arsitektural beberapa lainnya yang terkait dengan seni dan arsitektur.

Tentang Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) adalah sebuah kegiatan presentasi arsitektural dan diskusi yang diselenggarakan pada jumat pertama tiap bulan dan dipersembahkan untuk arsitek muda usia dibawah 30 tahun. Dalam kegiatan ini arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi santai. Bertempat di Danes Art Veranda, peserta diberi kebebasan untuk memilih ruangnya sendiri -di halaman, ruang makan, rooftop, galeri- dimanapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya. Melalui pendekatan ini, arsitek muda beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur. AUB3 telah ditetapkan menjadi agenda IAI Bali dan tiap peserta yang berprofesi sebagai arsitek akan mendapatkan sertifikat dari IAI Bali yang dapat diambil pada agenda AUB3 di bulan berikutnya. (*)
*****
Read More..
"Architects under Big 3 #11 Sakti Soediro" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni visual and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/03/architects-under-big-3-11-sakti-soediro.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Tuesday, March 15, 2011, 2:23 AM.

Pameran Bersama THE MENTAL ARCHIVE Dikurasi oleh Sanne Oorthuizen

Pembukaan Pameran

Sabtu, 18 Desember jam 19.30
Pameran berlangsung sampai 8 Januari 2010

Di Rumah Seni Cemeti,
Jl. D.I. Panjaitan no. 41 Yogyakarta 55143
Telp/fax: 0274-371015
Buka: 9.00 – 17.00, Minggu dan Senin tutup



Setiap hari kita memetakan dunia di sekitar kita, orang-orang yang kita jumpai, citra, perasaan
dan pengalaman-pengalaman yang bertemu dengan kita. Kita menyimpan segala temuan kita
seketika ke dalam kotak pembuangan (ingatan jangka pendek dan melupakan) atau menyimpannya
(ingatan jangka panjang). Informasi yang tersaring ini kemudian tersimpan di otak kita sebagai
arsip mental pengetahuan atau ingatan. Arsip ini, sama seperti arsip-arsip yang lain, dapat
digunakan oleh pengunjungnya. Ingatan bisa diingat atau dipanggil kembali. Ingatan yang diingat
kembali adalah picuan alam bawah sadar melalui indra, aroma, pengelihatan, pendengaran, dan
pencitraan. Dan ingatan yang dipanggil kembali adalah panggilan yang dilakukan secara sadar atas
peristiwa masa lalu yang berada pada titik waktu tertentu.

Ingatan dapat disebandingkan dengan arsip fisik yang tampaknya memegang klaim kebenaran
sejarah. Teks, gambar atau representasi lain dari suatu peristiwa sejarah tertentu pada suatu
waktu, menggantikan peristiwa yang sesungguhnya, dan gambar menjadi tertanam pada ingatan
(kolektif) kita. Dari waktu ke waktu, ingatan berubah dan saling berhubungan. Ingatan berisi
campuran fakta dan fiksi yang terikat pada waktu yang berbeda: terikat pada masa lalu ketika itu
pernah dialami dan terikat pada masa kini ketika ia diingat atau dipanggil kembali. Filsuf Perancis
Gilles Deleuze menulis: “seolah masa lalu terjebak pada dua ‘kekinian’, ‘kini’ yang pertama
adalah saat tepat dimana peristiwa itu terjadi dimasa lalu, dan yang lainnya berhubungan dengan
‘kini’,di saat ini ketika peristiwa itu diingat kembali”. Sebuah ingatan bahkan mungkin memiliki
sejumlah persepsi-persepsi baru atas waktu, karena ingatan juga memiliki durasi. Lalu apa yang
persis kita ingat dan bagaimana kita mengingatnya?

Pameran ini adalah tentang ingatan dan kami mengundang sembilan seniman kontemporer untuk
menjelaskan persepsi mereka tentang hal ini: Agan Harahap, Agung Kurniawan, Gunawan
Maryanto, Hafiz, Iswanto Hartono, Jompet Kuswidananto, Octora, J. Ariadhitya Pramuhendra, dan
Syagini Ratna Wulan.

Sanne Oorthuizen (Belanda) adalah seorang penulis dan kurator independen yang saat ini sedang
menyelesaikan studi Master Curating di Vrije Universiteit Amsterdam (VU). Sanne mengerjakan
penelitian tentang Seni Rupa Kontemporer Indonesia dan Konstruksi tentang Sejarah, Waktu, dan
Ingatan. Sanne juga menjadi asisten kurator untuk Pameran ‘Beyond the Dutch’, 2009-2010, di
Centraal Museum Utrecht, sebagai bagian dari program magang yang dijalaninya.

Foto-foto hasil karya sembilan seniman dalam pameran bersama ’The Mental Archive’ ini bisa
dipesan melalui e-mail kepada cemetiah@indosat.net.id, setelah pameran dibuka tanggal 18
Desember nanti.

Press release ini dipublikasikan oleh Rumah Seni Cemeti  (*)
Read More..
"Pameran Bersama THE MENTAL ARCHIVE Dikurasi oleh Sanne Oorthuizen" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni visual and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2010/12/pameran-bersama-mental-archive-dikurasi.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Thursday, December 16, 2010, 12:37 AM.

Pameran Gambar dan Foto "Mimpi Akhir Tahun 4" Digelar Mahasiswa UNS

Untuk ke-empat kalinya, Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS Solo, Jawa Tengah, menggelar pameran gambar dan foto hasil karya mahasiswanya. Pameran ini merupakan tradisi tahunan jurusan DKV FSSR UNS untuk menyambut pergantian tahun. Karenanya, acaranya ini diberi nama "Mimpi Akhir Tahun 4".


Seperti biasa, karya yang ditampilkan dalam pameran adalah karya-karya mahasiswa DKV angkatan paling baru. Kali ini, tentu saja, hasil karya mahasiswa angkatan 2010. Acara yang digelar di Galeri Seni Rupa UNS ini diadakan senin hingga rabu (13-15 Desember 2010). (*)
Read More..
"Pameran Gambar dan Foto "Mimpi Akhir Tahun 4" Digelar Mahasiswa UNS" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni visual and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2010/12/pameran-gambar-dan-foto-akhir-tahun-4.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Tuesday, December 14, 2010, 6:44 AM.

Pameran Seni Visual oleh Iwan Effendi Digelar di Tembi Contemporary

Guna mengapresiasi karya-karya perupa Iwan Effendi, sebuah pameran dan pertunjukan menarik akan digelar di ruang Pamer Tembi Contemporary, pada tanggal 14 Desember 2010 s/d 2 Januari 2011. Pembukaan pada Selasa, 14 Desember 2010, pukul 19.00 WIB.

Berikut undangan rilis dari pihak penyelenggara:



Pameran Seni Visual oleh Iwan Effendi feat Papermoon Puppet Theatre

Pameran berlangsung 14 Desember 2010 s/d 2 Januari 2011
Pembukaan pada Selasa, 14 Desember 2010, pukul 19.00 WIB
Bekerjasama dengan PESTA BONEKA #2 akan menghadirkan:
. Pertunjukan boneka dari 4 puppet theatre pada pembukaan pameran
. Puppet workshop dari bahan recycled, 19–21 Desember 2010, pukul 14.00 –17.00 wib
. Presentasi puppet workshop, 22 Desember 2010, 16.00 wib
Tembi Contemporary
Jl. Parangtritis Km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta 55816

          Warna-warna cerah dengan sosok imajinatif yang berada dalam dunia antah berantah
merupakan bahasa rupa seorang Iwan Effendi. Dalam karyanya seringkali kita menjumpai elemen
visual perang seperti pesawat, tank, yang kadang dideformasi dengan bentuk-bentuk binatang. Hal
ini tidak lepas dari kesukaannya pada kisah-kisah peperangan seperti epik perang dunia kedua. Ke
dalam dunia dongeng inilah Iwan meletakkan gagasannya.
          Perkenalan Iwan dengan Maria Tri Sulistyani, seorang penulis buku anak, yang kini menjadi
teman hidupnya, telah membawanya pula pada bentuk-bentuk visual dongeng anak dari seluruh
dunia. Tak berhenti di situ, ia pun mengembangkan teater boneka Papermoon yang telah dirintis
oleh Maria. Bersama sang isteri, Iwan mulai menjelajahi medium boneka. Bagi Iwan Effendi,
perluasan ekspresi visualnya ke dalam bentuk teater boneka merupakan tantangan luar biasa yang
tidak pernah selesai. Teater boneka telah memberikan nyawa bagi sosok-sosok visualnya.
          Bersama Maria Tri Sulistyani, ia menyusun kepingan kisah 1965  menjadi sebuah cerita
teater boneka yang berjudul “Mwathirika,” sebuah bahasa Swahili yang berarti korban. Ia mulai
menciptakan karakter tokoh dan menempatkannya dalam sebuah ruang panggung. Sedari awal
Iwan dan Ria sepakat bahwa kisah ini akan disampaikan secara simbolis, ketika seseorang seperti
diantar ke sebuah dongeng antah berantah. Dongeng ini dipersembahkan untuk para korban tragedi
bangsa di tahun 1965. Agar tragedi getir ini tetap tinggal di dalam ruang hati dan ingatan bangsa ini.
        Pada pameran di Tembi Contemporary, seluruh proses kreatif Iwan Effendi dapat diapresiasi dalam dua bentuk medium, pameran dan pertunjukan. Selain memamerkan karya-karya lukisan 2 dimensi,
seluruh setting panggung, instalasi boneka pada pertunjukan ‘Mwathirika’ dipindahkan ke ruang pamer Tembi Contemporary. Penasaran? Silakan datang melihat pameran dan mari nikmati dongeng ala Iwan Effendi feat Papermoon Puppet Theatre.

Keterangan lebih lanjut, hubungi :

Elly A. Mangunsong +62 818 468 283
|
tembicontemporary01@gmail.com
| http://www.tembicontemporary.com/

Jam Buka Tembi Contemporary

Selasa – Sabtu, 10.00 – 18.00 WIB
Minggu, 11.00 - 17.00 WIB
Hari Senin dan Hari Libur Nasional TUTUP (*)
Read More..
"Pameran Seni Visual oleh Iwan Effendi Digelar di Tembi Contemporary" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni visual and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2010/12/pameran-seni-visual-oleh-iwan-effendi.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Saturday, December 11, 2010, 4:16 AM.
 
© 2012 World Spy
Is Hosted by Blogger