100100 Voting: 999,879,658

Artists Talk Residensi: Proyek dan Karya Terdahulu oleh Daniel Peltz (A.S.) dan Sissi Westerberg (Swedia)

moderator: Arahmaiani   

    Jum’at, 20 Mei 2011 | 16.00
    Ruang Seminar
    Program Pascasarjana
    Institut Seni Indonesia
    Jl. Suryodiningratan 8, Yogyakarta

    Daniel Peltz (lahir di New York, 1975) adalah seniman konseptual yang proyek-proyeknya sering berhubungan dengan pendekatan lintas-budaya/lintas-kelas serta produksi dan infrastruktur media lokal/internasional. Enam tahun terakhir Daniel bekerja dengan model seni publik yang merupakan persinggungan dari seni rupa, video, desain, dan praktik antropologi. Daniel juga merupakan associate professor pada subyek seni media di Rhode Island School of Design [RISD] di Rhode Island, Amerika Serikat.

    Sissi Westerberg (lahir di Stockholms, 1975) adalah seniman patung dan instalasi yang mempunyai latar belakang seni perhiasan. Melalui berbagai medium, Sissi mengeksplorasi makna dan bentuk tubuh yang erat kaitannya dengan kecantikan, seksualitas, wilayah publik dan alam. Ia juga mempunyai ketertarikan yang kuat tentang teknik dan material kerajinan, dan tidak jarang menggabungkan bahasa kriya ke dalam instalasi dan patung. Disamping berkarya Sissi mengajar sebagai dosen tamu di Rhode Island School of Design [RISD] di Rhode Island, Amerika Serikat serta di Konstfack di Swedia.
   
Program residensi Daniel Peltz dan Sissi Westerberg ini diselenggarakan oleh Rumah Seni Cemeti dengan dukungan dari Rhode Island School of Design (Rhode Island, Amerika) dan IASPIS (The International Artists Studio Program, Swedia). Program residensi ini akan berlangsung selama dua bulan dari Mei hingga Juni 2011.

Cemeti Art House / Rumah Seni  CemetiJl. D.I. Panjaitan 41, Yogyakarta  55143
Open:  09.00 - 17.00, Closed on Sunday & Monday
Telp/Fax. +62 (0) 274 371015
M. +62 812 273 3564
Website:
www.cemetiarthouse.com
Email: http://www.blogger.com/
Read More..
"Artists Talk Residensi: Proyek dan Karya Terdahulu oleh Daniel Peltz (A.S.) dan Sissi Westerberg (Swedia)" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/05/artists-talk-residensi-proyek-dan-karya.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Sunday, May 15, 2011, 4:01 AM.

CROSSING SIGNS, 14 artists from Germany and Indonesia experiencing the liminal zone

Exhibitions: 20.-28. march 2011 Taman Budaya Yogyakarta (ongoing)
2. - 10. april 2011. Opening Exhibition at Indonesian National Gallery Jakarta. 2 April. Saturday. 7.30 Pm
Event: Artists and Curators discussion in Bali (Sika gallery-25 Maret. 15 pm.), Yogyakarta (Taman Budaya Yogyakarta-28 Maret, 15 pm.), Lampung (Taman Budaya lampung-4 April), Bandung (Galeri Soemardja-7 April, 01 pm.) dan Jakarta (Indonesia nasional Galeri-9 April, 15 pm.)


Curators: Leonor Veiga (Portugal), Sudjud Dartanto (Indonesian)

Project manager: Lenny Ratnasari Weichert (Indonesian), Franziska Fennert (Germany).
Event Coordinators: Nisak Latifah (KERSAN ART STUDIO Yogyakarta)
Artist: Indonesia-Lenny Ratnasari Weichert, Made Aswino Aji, Sigit Bapak, Deni Rahman, Lashita Situmorang, Indra Dodi, Rifqi Sukma.
Germany- Franziska Fennert, Fee Vogler, Yasmin Alt, Paul Pretzer, Ulrike Stolte, Cosima Tribukeit, Tilman Hornig

past event: www.udystopia.com

CROSSING SIGNS

Crossing Signs is the second part of a bilateral German-Indonesian project. This endeavour represents the various interpretations of a body of ideas, that in due process became subject-formed through the many categories of its given identities.

In the current international geopolitical context, the perception of ‘My World’ and ‘My Images’ resonates in multiple ways, depending on who is presenting, and who is receiving them. By using real or fictional narratives, artists question the value of the images of the world – especially their own world –, which we all receive daily and passively swallow.

The created worlds/works of the artists constitutes a ‘liminal zone’, which encompasses their fantasies and desires, frustrations, alienations, egos and alter egos. Within this zone, both Germany and Indonesia can be real or imaginary, symbolizing their own historical and cultural processes, contributing to a reading of contemporary conditions, reflected not simply by one’s birthplace and geo-cultural conditioning.

The Exhibition intends to be a ‘neutral’ zone – one that we normally don’t consider –, the coming together of two different geo-cultural contexts and realities, an area where mutual coincidences take place.
_______________________

Crossing Signs adalah bagian kedua dari proyek bilateral Jerman-Indonesia. Proyek ini menyajikan beragam tafsir, kaitannya dengan proses menjadi subjek-(yang) terbentuk melalui berbagai kategori identitas yang terberi.

Dalam konteks geopolitik internasional saat ini, persepsi ‘Dunia Saya’ dan 'Imej Saya' beresonansi dengan berbagai cara, tergantung pada siapa yang merepresentasikan, dan siapa yang menerima mereka. Dengan menggunakan narasi-narasi nyata atau fiksional, para seniman mempertanyakan nilai-nilai atas gambaran dunia (dalam arti berbagai stereotipe)- yang secara pasif kita ‘telan’ setiap hari.

Karya/-atau bisa diartikan sebagai ’dunia’ yang telah dibuat (dikreasi) para seniman membangun sebuah 'zona liminal', (area) yang mencakup berbagai (representasi) fantasi, frustasi, pengasingan, ego dan alter ego mereka. Baik Jerman dan Indonesia bisa menjadi (berarti) nyata, atau imajiner, menyimbolkan proses sejarah dan budaya mereka sendiri, memberi kontribusi pada pembacaan kondisi kontemporer, yang tidak hanya direfleksikan secara mudah (dipahami) oleh (hanya dengan) tempat kelahiran seseorang dan kondisi geo-kultural.

Pameran ini bermaksud untuk menjadi sebuah zona 'netral' – sesuatu yang biasanya tidak kita pertimbangkan -, sebuah kedatangan bersama dua konteks dan realitas geo-kultural yang berbeda, sebuah wilayah dimana berbagai peristiwa yang tidak disengaja (secara timbal balik) mengambil tempat (peluang).

Sudjud Dartanto – Noor Veiga, Exhibition Curators-Kurator Pameran
__________________

Sudjud Dartanto (b. 1976) is a lecturer and cultural researcher who studied a BA at Faculty of Visual Arts, Indonesian Art Institute (ISI), and an MA in Religious and Cultural Studies at Sanata Dharma University, both in Yogyakarta.
In 2003, as part of Asialink Australia residential program he participated in a residency at the Institute of Modern Art (IMA) and in Fusion Gallery, Brisbane, in Australia. Has been a delegate in several international forums, including the People to People Exchange Program by ASEAN (Yogyakarta, 2003). The former consisted in a series of events in collaboration with Shanghai Biennale Translocalmotion, by IFA and Biennales in Dialogue, a forum associated to the Sydney Biennale – Revolutions-Forms that Turn (2008).
Dartanto has been involved in international creative projects over the last years: South Project, 5th International south-south Gathering (South Project, 2009); guest curator for Trajectory, a contemporary ceramic exhibition involving Indonesian and Australian artists in Darwin, Australia (Museum and Gallery of Northern Territory, 2008). He has done extensive curatorial work in collective exhibitions: Neo-nation (Biennale Jogja IX, 2007), Immemorial, Reaching Back Beyond Memory, a collaboration project between contemporary artists from Yogyakarta and Darwin, (24 Hours Art Space and ICAN – Indonesian Centre, 2009), U(dys)topia, a German and Indonesia exchange project, (HfBK Dresden and Freies Museum Berlin, Germany, 2010).

Noor Veiga (b. 1978) graduated with a MA in Curatorial Studies from the University of Lisbon Fine Arts School (FN-UL) and Gulbenkian Foundation. Being a Research Fellow at CIEBA (Fine Arts Research and Studies Centre) at FN-UL since 2010, she has presented several talks: Ashley Bickerton - a new Asia, Art & Society seminar; Indonesian Batik - Memory and Contemporaneity, Orient-Occident seminar; Indonesian Batik: encounters with China, 5th Chinese-Portuguese International Seminar.
Her curatorial projects include exhibitions in diverse locations, such as Macau – Indonesian Batik (CCI, 2007); Ilha de Mozambique’s Maritime Museum in (AWW and PI, in 2007); Lisbon for Tough Love, curated by Shaheen Merali in 2010, and Women on a verge of a nervous breakdown, ex-aquo New Curators 2009. More recently, she collaborated as co-curator of Crossing Signs, in Yogakarta and Jakarta, Indonesia.
Her research for the Baroque 1620-1800: Style in the Age of Magnificence exhibition, was part of her internship at the Victoria & Albert Museum for a period of 6 months in 2008. She went onto work for the Water Museum, Lisbon for another period of 12 months. Here she specialised in site-specific guided tours on the historic legacy of innovation within urban development.
Her recent activities include the mentoring of young students in the traditional crafts from Indonesia, specifically batik as well as specialising in the communication and intercultural production of knowledge between the continents of Asia and Europe. Veiga has archived the curatorial work and writings by Shaheen Merali for a website. The capacity to work alongside institutions and individuals has allowed her to develop a great propensity about issues and theories that are emerging from the Asian Continent. (*)
Read More..
"CROSSING SIGNS, 14 artists from Germany and Indonesia experiencing the liminal zone" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/03/crossing-signs-14-artists-from-germany.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Sunday, March 27, 2011, 4:40 PM.

Pameran Seni Visual: The Art of Motorcycle

Seni custom/ modifikasi merupakan perpaduan unik antara seni, design, teknologi (otomotif), gaya hidup, dan berkaitan dengan fungsi dan peranannya sebagai kendaraan. Kendatipun merupakan perkembangan besar di dalam seni rupa, namun seni custom ini masih belum dilirik oleh mainstream seni rupa di tanah air, sehingga keberadaannya masih jarang dikenal dan diapresiasi.

Di beberapa negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Kan...ada perkembangan modifikasi/ custom sepeda motor, telah menjadi bagian dari perkembangan seni rupa, sebuah perkembangan baru sebagai seni alternatif/ new media art.

Pameran ini berusaha mempertemukan antara komunitas seni dan komunitas pecinta motor sebagai upaya sharing pengetahuan antara seni rupa dan otomotif, sehingga diharapkan seni custom akan menjadi bagian yang menarik dikaji oleh disiplin seni rupa. Sebaliknya, disiplin seni rupa dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi perkembangan seni custom, sehingga lebih bernilai seni dan estetis.

TUJUAN KEGITAN INI :
- Memperkenalkan sejarah panjang seni custom sebagai sumber informasi berharga bagi masyarakat luas, dan dunia seni, bahwasanya perkembangan seni custom dunia tidak lepas dari munculnya gerakan seni Lowbrow art, Kustom Kulture dan DIY ( Do it yourself) culture, baik di Inggris maupun di Amerika, sebagai perlawanan atas seni mainstream.

- Mewadahi kreatifitas pecinta motor, bahwa seni custom sangat positif sebagai sarana ungkapan ekspresi, disamping sekaligus menyajikan ke publik akan jenis/ ragam genre yang berkembang sebagai ranah seni modifikasi Indonesia ( Jogya).

- Dalam jangka panjang, menuju harapan hadirnya kreator/ seniman motor yang mampu menghadirkan genre baru seni custom khas Indonesia, sebagaimana seni custom khas jepang, Inggris, maupun Amerika.


Materi Pameran:
1. Custom Sepeda Motor, meliputi seluruh jenis motor dan semua genre custom. Terbatas 60 unit motor custom. Sistem Seleksi I : via foto dan aplikasi. email: <modismotortby@gmail.com> , kholkholisx@gmail.com, atau Taman Budaya Yogyakarta. Seleksi II : motor custom. Peserta : Biker di Jogya: anggota club dalam JAC, MAC, HDCI, IMBI dll

2. Seni Visual; meliputi seluruh bentuk karya seni visual. Peserta Seniman yg Biker dan Biker yg berkarya seni ( Undangan dan Seleksi ). Meliputi juga: T-shirt, design custom, fotografi, poster, komik dll yg
berhubungan dengan motor/ custom.

3. Tempat Pameran: Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedani no 1 Yogya. Waktu : 20 - 28 Juni 2011

Kuratorial : Pameran ini merupakan langkah awal mempertemukan dunia Custom dengan Seni Rupa, dengan pendekatan seni rupa. Custom sangat potensial menjadi bagian dari perkembangan seni budaya yang layak mendapatkan apresiasi. Dalam jangka panjang menuju wacana custom khas Indonesia.

Silahkan share info ini pada sesama Biker di Jogya.
Read More..
"Pameran Seni Visual: The Art of Motorcycle" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/03/pameran-seni-visual-art-of-motorcycle.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Sunday, March 13, 2011, 6:40 PM.

Pameran Tunggal ANGGAR PRASETYO “TEXTURE | STRUCTURE”

Penulis: Hardiman
Pameran berlangsung 14 Februari s/d 14 Maret, 2011
Pembukaan pada Senin, 14 Februari 2011, pukul 19.30 WIB
Dibuka oleh: Enin Supriyanto
Tembi Contemporary
Jl. Parangtritis Km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta 55816

Tekstur adalah sifat khas suatu permukaan sebuah bentuk. Dan, struktur bermakna sebagai cara mencipta, membangun, atau memandu beberapa bentuk. Pada karya-karya Anggar Prasetyo, tekstur dan struktur itu bukan hanya bertebaran, tetapi menjadi pilihan utama dalam perwujudan karyanya sebagai ‘apa yang tampil’. 


Beragam permukaan benda diamati, dikaji, dan ditampilkannya dalam lukisan. Setidaknya, kita bisa melihat pertumbuhan eksplorasi Anggar pada pengkajian tekstur batu, kain, kertas, dan beragam tekstur lainnya. Pertumbuhan pendalaman ini tidak hanya menyoal tampilan tekstur belaka, tapi juga pada persolan teknik. Teknik pada lukisan Anggar Prasetyo adalah pengutamaan eksplorasi. Sangat banyak pemirsa lukisan Anggar Prasetyo yang menduga bahwa tekstur itu adalah tekstur riil rabaan, tetapi ternyata itu hanya ilusi tentang rabaan. Sebuah teknik yang, bukan hanya tinggi, tapi menjebak mata kita untuk berasosiasi dengan realitas rabaan.

Melihat karya-karya Anggar Prasetyo yang dipamerkan di Tembi Contemporary dalam pameran           Texture | Structure tentu sedang memainkan ilusi kita. Pengamatan kita yang tidak sesuai dengan pengindraaan kita telah diperdaya Anggar Prasetyo dengan menghadirkan kekuatan teknik pada lukisannya. Sebuah stimulus visual yang mengasyikan mata, yang kemudian menggoda indera rabaan kita untuk menyentuh lukisannya. Lalu, kalau kita merabanya, maka tipuan itu telah menjebak kita. Inilah sebuah permainan yang mengasyikan itu

Tentu saja, bukan soal tipuan yang jadi fokus kajian Anggar Prasetyo. Kita bisa menelusuri kenikmatan mata itu pada irama, perulangan, roncetan (gradation), kelainan, kecengcahan (contrast), kerapatan, dan segala unsur visual lainnya. Realitas unsur visual ini melahirkan unsur pertalian dan unsur peranan, misalnya tentang kedudukan, ruang, gaya berat, dan raut (shape).

Di tengah-tengah gemuruhnya seni rupa naratif yang memuliakan muatan. Tiba-tiba kehadiran Anggar Prasetyo menyadarkan kita, bahwa salah satu nilai seni terletak pada elemennya itu sendiri. Kita bisa merasakan bagaimana pergulatan Anggar Prasetyo untuk tetap kukuh pada ideologi estetik formalistiknya di tengah-tengah arus besar naratif itu.

Keterangan lebih lanjut, hubungi :
Elly A. Mangunsong +62 818 468 283 |  tembicontemporary01@gmail.com  | www.tembicontemporary.com

Jam Buka Tembi Contemporary
Selasa – Sabtu, 10.00 – 18.00 WIB
Minggu, 11.00-17.00 WIB
Hari Senin dan Hari Libur Nasional TUTUP (*)
Read More..
"Pameran Tunggal ANGGAR PRASETYO “TEXTURE | STRUCTURE”" was posted by: World Spy blogs, under category pameran senipameran seni rupa and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/02/pameran-tunggal-anggar-prasetyo-texture.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Tuesday, February 8, 2011, 12:15 AM.

Pameran A(rt)SEM#7 Atas Kerjasama Dewan Kesenian Semarang dan Galeri Bu Atie

BU ATIE GALLERY
Jl. Borobudur Utara Raya No. 6 Semarang Indonesia
Pameran 10Januari 2011 – 31 Januari 2011.
Pembukaan 10 Januari 2011 Pukul 19:00 WIB.
Diskusi Kreatif 10 Januari 2011 Pukul 20:00 WIB Oleh Cahyo Widodo (Mantan Napi)


KELOMPOK DAN LEMBAGA SENI
1. BYAR Creative Industry (Semarang)
2. Dewan kesenian Semarang (Semarang)
3. Komunitas Seni hysteria (Semarang).
4. Komunitas Pecinta Kertas (Jakarta)
5. Maros Visual Culture Initiative (Jakarta)
6. Widya Mitra (Semarang) (*)
Read More..
"Pameran A(rt)SEM#7 Atas Kerjasama Dewan Kesenian Semarang dan Galeri Bu Atie" was posted by: World Spy blogs, under category pameran seni and permalinks https://world-spy.blogspot.com/2011/01/pameran-artsem7-atas-kerjasama-dewan.html. Ratings: 1010 Votings: 97,687, Monday, January 10, 2011, 6:29 AM.
 
© 2012 World Spy
Is Hosted by Blogger