Kulit ikan pari yang biasanya hanya dibuang, ternyata bisa dimanfaatkan menjadi bahan pembuat tas yang tidak kalah eksotiknya dengan kulit buaya atau ular. Sejak dirintis sekitar satu tahun lalu oleh seorang perajin di Boyolali, Jawa Tengah, kerajinan kulit ikan pari ini sudah mampu menembus pasaran di berbagai kota di dalam dan luar negeri.
Karena hanya dagingnya yang dimanfaatkan, kulit ikan pari biasanya hanya dibuang oleh para nelayan. Prihatin dengan kondisi itu, Indriyanti, seorang perajin di Boyolali, Jawa Tengah, pun mencoba memanfaatkannya menjadi bahan pembuatan aneka kerajinan, seperti tas, dompet, ikat pinggang dan sebagainya.
Awalnya tidak mudah memang. Namun, ia terus berusaha untuk mencobanya. Apalagi, ia mempunyai sedikit pengalaman karena pernah bekerja di sebuah pabrik pembuatan tas di Medan. Jerih payahnya ternyata berbuah juga, aneka barang kerajinan dari kulit ikan pari, saat ini, sudah berhasil dibuatnya. Bahkan, tak kalah menarik dan eksotik dibanding barang serupa dari kulit buaya dan ular.
Awalnya, kulit ikan pari dipilih dan dicuci hingga bersih. Setelah itu, diberi pewarna dalam sebuah alat khusus yang terbuat dari drum berputar. Selanjutnya, kulit ikan pari pun dikeringkan dengan cara ditempelkan begitu saja di pagar tembok. Baru setelah kering, kulit ikan pari pun dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. "Potongan-potongan inilah yang kemudian dirangkai menjadi tas, dompet atau barang-barang lainnya", kata Indriyanti.
Dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah, penjualan hasil kerajinan tersebut, saat ini, sudah merambah hampir seluruh kota di Indonesia. Bahkan, belakangan ini, Indri mencoba merambah pasar di luar negeri, seperti Jepang dan Singapura. Dibantu suami dan tiga karyawannya, dalam sebulan, ia bisa membuat ratusan buah barang kerajinan dari kulit ikan pari. "Kami tidak kesulitan memasarkan produk ini, karena sudah mempunyai buyer atau pembeli tetap," tambah Indri.
Kendala yang sering dihadapi Indri saat ini adalah seringnya kesulitan bahan baku. Terutama jika musim penghujan, karena, banyak nelayan yang tidak melaut. Tak ayal, agar bisa memenuhi pesanan, saat musim panen ikan tiba, ia pun menyimpan bahan baku kulit ikan pari dalam jumlah banyak sebagai persediaan. Selama ini, ia mendatangkan bahan baku kulit ikan pari, dari nelayan di wilayah Jakarta, Magetan, Jawa Timur dan Jepara, Jawa Tengah. (BK/Wiwik Susilo)