Masyarakat Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman kembali akan menggelar upacara adat Suran Mbah Demang. Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Sura tanggal 7 atau tepatnya saat tengah malam tanggal 8 Sura (bulan Jawa) pada tahun 2010 ini jatuh pada hari Senin, 13 Desember 2010.
Menurut ketua panitia Rahmat Fitri, pelaksanaan upacara adat Suran Mbah Demang kali ini sekaligus untuk merayakan hari jadi Desa Banyuraden ke 64. Ia menambahkan bahwa rangkaian upacara adat meliputi pasar malam, kirab budaya, kenduri wilujengan dan pertunjukan wayang. Pasar malam akan berlangsung hingga tanggal 18 Desember di kawasan pasar Telagareja, sedangkan kirab budaya akan dilangsungkan pada hari Senin 13 Desember 2010 pukul 19.00 WIB dengan start di Balai Desa Banyuraden menuju tabon Mbah Demang dan kembali lagi ke Balai Desa Banyuraden.
Kirab budaya tersebut didukung oleh 8 (delapan) kontingen dari 8 dusun se Desa Banyuraden Gamping yang dikemas oleh Sanggar Widya Permana pimpinan Ki Murdo Puspito. Kedelapan kontingen tersebut adalah kontingen thek band dari Dusun Geplakan, pekbung dari Dukuhan, kesenian tradisional jathilan dari 3 (dusun) yaitu Somodaran, Turusan dan Sukunan, Bregada Prajurit Bremarageni dari Dowangan, Tarian Topeng dari Kradenan, dan prajurit kasepuhan dari Cokrowijayan.
Ditambahkan bahwa dalam prosesi kirab di tabon Mbah Demang atau lokasi sumur bersejarah dilakukan “lung tinampen” atau serah terima pusaka, kendi ijo dan 2 (dua) buah gunungan wuluwetu dari Ki Murdo Puspito selaku pimpinan kirab kepada Trah Mbah Demang yang diwakili oleh Abdul Kadir untuk selanjutnya dibagikan untuk para pengunjung.
Usai kirab dilaksanakan dengan kenduri wilujengan dilanjutkan dengan pertunjukan wayang semalam suntuk dengan lakon “Semar Boyong” oleh dalang Ki Yuwono dari Sanggar Widya Permana. Sementara itu di rumah tabon Mbah Demang disajikan kesenian tradisional Sholawatan dilanjutkan mandi ritual jamas atau srokal yang diikuti oleh keluarga Trah Mbah Demang mulai pukul 00.00 WIB tengah malam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Drs. Untoro Budiharjo mengungkapkan bahwa upacara adat Suran Mbah Demang merupakan agenda tetap yang masuk dalam calender event kepariwisataan di DIY dan budayanya telah mengakar di kalangan masyarakat Banyuraden. Pihaknya merasa bersyukur meskipun ditengah keprihatinan terhadap bencana alam erupsi Gunung Merapi agenda-agenda budaya dan pariwisata masih tetap berlangsung meskipun dengan kemasan yang lebih sederhana. Meskipun demikian diharapkan agenda-agenda tersebut akan terus memberikan semangat dan motivasi untuk menggairahkan kepariwisataan di DIY dan Sleman pada khususnya.
Terlebih dari itu hal ini akan menunjukkan kepada wisatawan dan masyarakat luar daerah bahwa DIY memang tidak akan dapat lepas dari kepariwisataan yang bernafaskan budaya lokal yang unik dan mempesona. Dan pada saat ini tetap layak untuk dijadikan obyek kunjungan yang aman dan nyaman bagi wisatawan baik domestik maupun manca negara. (Sumber : rilis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, tangga 10 Desember 2010) (*)