Berawal dari keprihatinan terkait maraknya makanan instan, belakangan ini, seorang warga di Sleman, DIY, menggagas berdirinya sebuah museum yang cukup unik, yaitu Museum Dapur Tradisional. Tak kurang dari 280 koleksi alat dapur tradisional dipajang dalam museum ini, sebagai bentuk pembelajaran dan menggugah kembali semangat kaum perempuan untuk memasak sendiri makanan bagi keluarganya.
Inilah Museum Dapur Tradisional, yang terletak di komplek desa wisata Kembangarum, Donokerto, Turi, Sleman, DIY. Memasuki museum ini, pengunjung seakan dibawa pada suasana dapur masa lalu beserta aktivitas memasak di dalamnya. Tidak ada peralatan dapur modern, seperti blender, kompor gas, mixer dan sebagainya, yang banyak dijumpai di dapur-dapur keluarga modern, saat ini.
Untuk memasak pun hanya digunakan dua tungku api, dengan menggunakan bahan bakar dari kayu dan bambu bekas. Tidak semudah memasak dengan kompor gas memang, karena, diperlukan kesabaran dan ketrampilan tersendiri dalam menjaga nyalanya api. Misalnya, dengan menambahkan kayu bakar atau meniup bara api dengan semprong atau potongan bambu, jika api hendak padam. Namun, bagi ibu-ibu di masa lalu, cara ini dianggap sebagai seni tersendiri dalam memasak.
Makanan yang dibuat pun bukan makanan-makanan modern ala barat, namun, makanan-makanan masa lalu asli pedesaan yang saat ini sudah makin ditinggalkan. Seperti tempe bacem, lodeh dan sebagainya. Semua bumbu dan bahan makanan diolah dengan alat-alat dapur tradisional, sehingga, membutuhkan proses yang lebih teliti, dengan melibatkan perasaan dan perhitungan yang cermat.
“Tak kurang dari 280 koleksi alat dapur tradisional dipajang dalam museum ini, seperti ikrik, parut, tambir dan sebagainya, yang sebagian besar terbuat dari bamboo, “ Kata Heri Kustriatmo, sang penggagas. Sejak awal, museum ini memang digagas, menyusul keprihatinan makin punahnya berbagai alat dapur tradisional di tengah maraknya serbuan alat dapur modern dan makanan-makanan instan, belakangan ini.
Tak hanya cara memasak dan aneka contoh masakan tradisional, di museum ini, pengunjung juga bisa melihat cara makan pada masa lalu. Tanpa meja makan yang mewah, namun, cukup dengan lesehan atau duduk di tikar. Tidak menggunakan sendok dan garpu, namun, cukup dengan tangan. Nah, anda berminat untuk belajar dari masa lalu atau sekedar bernostalgia dengan suasana dapur jaman dulu?. Agaknya, museum ini menjadi menjadi salah satu alternatif untuk dikunjungi pada masa liburan ini. (*)