Ada yang berbeda di area persawahan warga di kawasan dusun Mlandangan, belakangan ini. Area persawahan yang biasanya sepi itu, saat ini, mendadak menjadi ramai, menyusul heboh munculnya crop circle di lokasi tersebut. Ratusan warga pun terlihat terus berdatangan ke lokasi tersebut, untuk melihat fenomena yang dianggap aneh itu.
Namun, sang penggarap sawah milik kas desa tersebut, yaitu Suwardi, justru bingung dengan kedatangan banyak warga dan polisi di sekitar area persawahan garapannya dan garapan Wardoyo. Ia tidak yakin jika padi roboh yang membentuk gambar telapak kaki itu merupakan jejak UFO, karena, "Minggu sore lalu terjadi hujan deras dan angin kencang di wilayah sini, setelah reda, saya pun ke sawah dan menemukan banyak padi yang roboh," katanya.
Ditambahkan,"Namun, karena menganggap hal itu sebagai kejadian biasa, saya pun tidak memperhatikannya secara serius, hingga akhirnya warga heboh dan berdatangan ke sini, karena, dikatakan mirip telapak kaki manusia". Suwardi tetap yakin, jika robohnya padi itu akibat angin kencang. "Dari dulu juga seperti itu mas," katanya.
Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, terutama terkait kerusakan lebih parah di area persawahan warga, jajaran Polres Sleman pun langsung menutup lokasi tersebut dengan garis polisi. Selain menutup lokasi, Kapolres Sleman, AKBP Irwan Ramaini, menyatakan, pihaknya akan terus menyelidiki fenomena yang menghebohkan tersebut dengan meminta keterangan saksi-saksi. "Kami akan terus menyelidiki kejadian ini, terutama terkait pembuatnya, karena sangat merugikan petani," kata Kapolres di lokasi crop circle.
Benar saja, kamis siang, polisi pun mulai memeriksa Suwardi, yang mengaku pertama kali melihat robohnya padi-padi tersebut. Namun, warga Mlandangan RT 33 RW 12 ini mengaku, awalnya padi roboh hanya terjadi di lahan garapannya akibat angin kencang, namun, kemudian terjadi hujan deras sehingga padi roboh menjadi meluas hingga area sawah garapan Wardoyo di sebelahnya. Ia mengaku sangat dirugikan dengan robohnya padi-padi tersebut, karena, hasil panennya akan berkurang.
Tak hanya dirinya, Kelik, anak Suwardi yang ikut mendampingi pemeriksaan ayahnya di Mapolsek Ngaglik, juga meyakini hal itu terjadi akibat angin kencang. "Rumah saya di atas area persawahan itu, mas, sehingga tahu betul kondisinya," kata Kelik. Ia juga memastikan gambar jejak kaki tersebut bukan buatan manusia, karena, hal itu akan memerlukan waktu lama, padahal, ia tidak pernah melihat ada orang lain masuk ke area persawahan itu.
Tapi, meski keasliannya diragukan, yang jelas warga setempat pun sudah mulai meraup untung dengan heboh ini, yaitu dengan menarik ongkos parkir kendaraan warga yang ingin melihat "crop circle" tersebut.
Sebelum di Minomartani ini, heboh crop circle di Sleman juga pernah terjadi di Jogotirto, Berbah, Sleman, bulan Januari lalu. Saat itu, padi roboh membentuk lingkaran yang sangat teratur. Namun, dari penyelidikan berbagai kalangan, belakangan diketahui jika lingkaran dari padi roboh tersebut merupakan buatan manusia, meski hingga kini, belum terungkap siapa pembuatnya. (*)