Puncak Tradisi Merti Dusun mbah Bergas diawali dari lapangan desa Margoagung, Seyegan, Sleman (27/5). Dari lapangan ini, warga mulai mengarak sejumlah gunungan dengan dikawal para prajurit atau bergada dari masing-masing dusun di desa tersebut. Gunungan tersebut berisi hasil bumi dan makanan khas di wilayah tersebut. Tak hanya itu, arak-arakan juga terlihat membawa air suci yang diambil malam sebelumnya di Sendang Planangan.
Sepanjang arak-arakan, kirab gunungan ini terlihat mampu memikat ribuan pasang mata yang sudah memadati jalur kirab sekitar satu jam sebelumnya. Dengan menempuh jarak tak kurang dari 2 kilometer, arak-arakan berakhir di komplek makam Mbah Bergas di dukuh Ngino.
Setelah semua gunungan tiba di lapangan, upacara pun dilanjutkan dengan penyiraman sebuah pohon beringin di komplek makam tersebut dengan menggunakan air suci dalam kendi. Lokasi ini dipercaya sebagai tempat penyebaran Islam pertama kali di Yogyakarta oleh Sunan Kalijaga dan pengikut setianya, mbah Bergas.
"Konon Mbah Bregas memiliki kebiasaan mengadakan Upacara Merti Desa setelah panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat tetap mempertahankan kebiasaan tersebut dengan nama Upacara Adat Bersih Desa Mbah Bregas untuk mengengang perjuangan beliau," ungkap Aji Wulantara, SH, Plh. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Setelah penyiraman pohon beringin, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Seharusnya, berbagai gunungan ini hanya boleh diperebutkan usai doa bersama tersebut. Namun, masyarakat seringkali sudah tidak sabar dan langsung merebutnya sebelum doa bersama usai. Warga percaya, apa yang didapat dari gunungan tersebut bisa mendatangkan berkah tersendiri bagi mereka.
Sebelum acara puncak ini, sejumlah acara telah digelar terkait upacara adat ini. Rangkaian upacara diawali pada hari Kamis 26 Mei 2011 mulai pukul 10.00 WIB dengan pementasan kuda lumping “Turonggo Mudo” dari Ngino Margoagung. Pada malam harinya pukul 19.30 dilaaksanakan ziarah kubur dan puji tahlil di Makam mbah Bregas dilanjutkan dengan tirakatan dan penyerahan gunungan wulu wetu. Pada tengah malam pukul 23.30 WIB dilakukan pengambilan air suci di Sendang Planangan yang kemudian diboyong ke Balai Desa Margoagung.
Jum’at 27 Mei 2011 pukul 08.00 WIB dilakukan kenduri dengan berpakaian adat Jawa dilanjutkan sesaji di 4 (empat) penjuru yaitu di Ringin, Kramat, Sendang Planangan dan Dalang. Selanjutnya dipentaskan pagelaran wayang kulit dengan lakon “Sri Mulih” oleh dalang Ki Sriyanto, dan jagong siang serta sesaji patehan.
Puncak acara diawali pada pukul 15.00 WIB dengan tarian dari siswa siswi TK Puspasiwi, tari Candik Ayu dan tari Kalongking dari SD Nggentan, tari Incling Jangget dan Tari Cahya Nirakila dari SMA Negeri Seyegan. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi upacara adat berupa penerimaan Bregada dan serah terima Gunungan Wulu Wetu dan air suci. Rangkaian upacara adat “Mbah Bregas” ditutup pada malam harinya dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Sudiyono dengan lakon Seta Jaring. (*)