Jika anda lihat sorak-sorai penuh semangat para supporter di Tribun GOR Universitas Negeri Yogyakarta ini, jangan anda bayangkan, mereka sedang memberi semangat pada para pemain sepakbola sungguhan. Mereka sedang memberikan semangat pada robot karya teman-temannya yang sedang bertanding sepakbola dengan robot lawan karya mahasiswa dari kampus lain.
Namun, berbeda dengan sepakbola sungguhan dengan sebelas pemain, sepakbola robot ini hanya mempertandingkan dua pemain atau robot yang saling berhadapan. Setelah peluit dibunyikan, sang robot pun mulai aktif mendeteksi keberadaan bola di tengah lapangan dengan sensor yang sudah dipasang. Setelah bola ditemukan, robot diharuskan menendang bola tersebut ke gawang lawan.
"Meski tidak masuk ke gawang lawan, namun, robot yang bisa mendeteksi dan menendang bola bisa mendapatkan nilai lebih baik," kata Pramudi Utomo, ketua panitia acara ini. Ya, sejumlah robot memang terlihat tak bisa mendeteksi keberadaan bola dan hanya berjalan-jalan mengitari lapangan sampai waktu yang ditentukan selama 1 menit berakhir.
Tak hanya lomba sepakbola, dalam even yang diikuti lebih dari 30 kampus di Jateng-DIY ini juga mempertandingkan ketrampilan robot lain, seperti menata dekorasi, memadamkan api dan sebagainya. Namun, meski sudah dirancang dengan baik, tidak semua robot ternyata bisa berfungsi dengan baik saat dilombakan. "Mungkin faktor psikologis pembuatnya, yang grogi saat pertandingan," kata Pramudi.
Kontes robot ini merupakan ajang pembuktian kreatifitas dan penguasaan teknologi para mahasiswa, terutama di bidang robot. Robot yang memenangkan lomba akan diikutkan dalam even serupa tingkat nasional bulan depan. (*)